1. Evakuasi Juliana Marins Dimulai dari Kedalaman 600 Meter
Evakuasi Juliana Marins dimulai pada siang hari tanggal 25 Juni 2025. Tim gabungan dari Basarnas (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan), BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), TNI (Tentara Nasional Indonesia), Polri (Kepolisian Republik Indonesia), dan TNGR (Taman Nasional Gunung Rinjani) berhasil menemukan jenazah turis asal Brasil Juliana Marins (27) di dasar jurang sedalam sekitar 600 meter, tepat pukul 13.51 WITA, setelah upaya 4 hari pencarian yang dilakukan oleh semua pihak dan stakeholder terkait.
2. Kendala Cuaca dan Medan Ekstrem
Cuaca berkabut tebal, hujan ringan, dan medan tebing curam menghambat operasi udara dan darat. Helikopter Basarnas tiba namun tak bisa menjangkau lokasi akibat kabut dan angin kencang. Medan yang sangat tidak bersahabat dan tidak kondusif tersebut membuat evakuasi Juliana Marins menghadapi tantangan yang berat. Pihak Basarnas mengkhawatirkan akan keselamatan tim Basarnas karena kondisi medan yang sangat tidak mendukung.
3. Proses Pencarian Menggunakan Drone
Drone thermal digunakan untuk membantu menemukan jejak Juliana di beberapa titik, pertama sekitar 500 meter di bawah jalur pendakian, lalu berpindah lebih dalam setelah kabut tebal. Pada Minggu malam, drone mendeteksi keberadaan di kedalaman itu, namun tim baru tiba 24 Juni 2025 sore.
4. Tim SAR Spesialis Vertikal dalam Evakuasi Juliana Marins
Basarnas Special Group dan Emergency Medical Hikers Community (EMHC) turun menggunakan tali panjang dan metode vertical rescue. Tim membentuk flying camp di ketinggian antara 400–600 meter selama operasi malam hingga pagi berikutnya.
5. Evakuasi Jenazah Sampai Posko Sembalun
Jenazah dibawa ke titik aman (Pelawangan/Pos 4) dan ditandu turun melalui jalur Sembalun pada Rabu pagi. Pada pukul 17.00 WITA, tim tiba di Pos 4 dan jenazah siap diturunkan ke kaki gunung, menunggu mobil ambulans RSUD NTB di Posko Sembalun.
6. Respons Resmi Pemerintah Indonesia
Gubernur NTB meminta operasi dipercepat, menggandeng PT AMNT untuk helikopter khusus medivac. Menteri Kehutanan dan Menteri Pariwisata melakukan koordinasi, menutup jalur Sembalun sejak 24 Juni untuk memfokuskan evakuasi Juliana Marins.
7. Kontroversi dan Tekanan dari Brasil
Keluarga Juliana dan netizen Brasil mengkritik lambatnya penanganan. Video drone yang sempat memperlihatkan korban masih dalam keadaan hidup setelah terjatuh memicu protes keras atas apa yang dianggap kelalaian SAR Indonesia dan lambatnya respons serta tindak penanganan darurat dalam bencana atau kejadian. Dari pihak Keluarga Juliana Marins menolak klaim SAR bahwa Juliana sempat diberi makanan dan air. Brasil bahkan mengirim diplomat dan menuntut informasi pasti dari semua proses kejadian yang memakan korban jiwa warga negara Brasil ini.
🛠️ Analisis Proses Evakuasi Juliana Marins
-
Medan & Cuaca: Jalur Cemara Nunggal terkenal curam, licin, dan rawan kabut tebal—memperumit terlalu cepat akses darat atau udara.
-
Peralatan: Drone thermal sebagai alat deteksi efektif, namun drone tak bisa mengirim logistik karena terbatas payload dan risiko.
-
Koordinasi: Banyaknya pihak (SAR, TNI, BPBD) dan dukungan diplomatik Brasil diduga memicu kompleksitas komunikasi.
-
Golden Time: Jatuh Sabtu 21 Juni, ditemukan 24 Juni sore—melewati margin ideal 72 jam penyelamatan.
Dampak & Rekomendasi Ke Depan
-
Peninjauan SOP (Standar Operasional Prosedur) pendakian ekstrem harus dilakukan untuk mencegah kasus serupa.
-
Penguatan alat SAR di lapangan, seperti drone logistik, helikopter medevac, dan tim vertikal profesional.
-
Transparansi informasi tentang kondisi korban untuk meredam spekulasi dan gejolak diplomatik.
-
Peningkatan edukasi pendaki, terutama turis asing, akan risiko dan kesiapan fisik/mental.
Kesimpulan
Operasi evakuasi Juliana Marins menandai tragedi dramatis yang memunculkan pelajaran penting: medan dan cuaca ekstrim tetap batas utama, tapi koordinasi cepat, peralatan lengkap, dan komunikasi transparan kritikal dalam misi penyelamatan. Kasus ini seharusnya menjadi momentum penguatan sistem SAR, SOP pendakian, dan kesiapan menghadapi destinasi ekstrem di Indonesia.
Ringkasan:
-
Evakuasi Juliana Marins berhasil meski penuh tantangan: cuaca buruk, medan curam, dan tekanan diplomatik.
-
Perlu peningkatan alat dan prosedur SAR, serta edukasi pendaki agar tragedi tak terulang.