Penutupan Selat Hormuz: Mengapa Ini Mengancam Stabilitas Energi Dunia
Penutupan Selat Hormuz muncul sebagai ancaman serius setelah Iran mempertimbangkan opsi tersebut sebagai respons atas serangan udara Amerika Serikat ke fasilitas nuklirnya pada 22 Juni 2025. Meskipun keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Iran, dukungan parlemen meningkat tajam, memicu kekhawatiran global.
1. Lonjakan Harga Minyak & Energi
Selat Hormuz menjadi jalur utama bagi sekitar 20% pasokan minyak global dan ~25% LNG dunia. Ancaman Penutupan Selat Hormuz langsung memicu lonjakan harga:
-
Brent sempat menyentuh US $80–82 per barel, naik dari rata-rata sekitar US $70–77.
-
Goldman Sachs memproyeksikan risiko harga mencapai US $90–110 jika alur benar-benar terganggu. JP Morgan bahkan memperkirakan dampak berkelanjutan jika blokade dari Penutupan Selat Hormuz berlanjut.
2. Gangguan Rantai Pasokan Global
Lebih dari satu pertiga crude dan hampir 90% LNG dari Teluk melewati jalur ini menuju Asia—khususnya Tiongkok, India, Jepang, dan Korea Selatan . Disrupsi berarti:
-
Penundaan dan pengalihan kapal tanker, biaya asuransi dan sewa tanker meroket (freight rate naik 2–3x) .
-
Ekspor negara kawasan seperti India dan China berpotensi terganggu, memicu inflasi regional.
3. Tekanan pada Ekonomi Iran Sendiri
Dengan Penutupan Selat Hormuz, Iran pun jadi pihak yang dirugikan. Iran sangat bergantung pada ekspor minyak via laut—setiap penutupan berarti kerugian ekspor langsung. Analis dari Eurasia Group menilai Iran tidak bakal menempuh langkah ekstrem, karena akan memperburuk kondisi dalam negeri dan mengundang respon keras militer dari Amerika Serikat .
4. Reaksi China & Negara-importir Energi Besar
China—pengimpor besar minyak Teluk—merasa terdesak. Beijing mendesak untuk diversifikasi, seperti jaringan pipa dan LNG alternatif dari Rusia. India dan Jepang juga mungkin mempercepat pasokan via jalur lain dan kontrak jangka panjang untuk menghindari guncangan pasokan yang disebabkan oleh Penutupan Selat Hormuz.
5. Potensi Eskalasi Militer
Iran bisa menggunakan metode tak langsung seperti drone, ranjau laut, atau speedboat berpeluru dalam upaya penunggunan alur kapal . Namun, hal itu akan memicu konfrontasi langsung dengan armada US Fifth Fleet dan sekutunya, karena kebebasan navigasi adalah prioritas keamanan internasional .
Apa Skenario Selanjutnya?
-
Simbolis & Berskala Terbatas: Gangguan non-blok adek, misalnya penangkapan tanker, ancaman temporal—digunakan sebagai leverage geopolitik .
-
Blokade Total: Kemungkinan kecil karena risiko tinggi dampak finansial & respons militer langsung .
-
Stabilisasi & Negosiasi: Negara-negara utama dan lembaga internasional (Amerika Serikat, China, Oman, Qatar) bisa mendorong de-eskalasi lewat diplomasi dan kompromi nuklir.
Penutupan Selat Hormuz: Isu Strategis Memicu Kenaikan Harga Minyak danDampaknya Bagi Indonesia
Penutupan Selat Hormuz kini menjadi sorotan dunia setelah Parlemen Iran pada 22 Juni 2025 menyetujui wacana tersebut sebagai reaksi atas serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran. Meski keputusan akhir bergantung pada Dewan Keamanan Nasional Iran, kekhawatiran global terus meningkat yang disebabkan oleh isu dari Penutupan Selat Hormuz oleh Iran.
1. Harga Minyak Bisa Meroket
Shut down atau Penutupan Selat Hormuz akan mengganggu sekitar 18–20% pasokan minyak global, dengan lebih dari 18 juta barel melewati selat sepanjang ini setiap hari. Citi memproyeksikan Brent naik ke US $75–78 jika terjadi gangguan, dan bila penutupan total, harga bisa menyentuh US $120–130.
2. Tekanan Subsidi BBM & APBN Indonesia
Sebagai negara importir minyak bersubsidi, Indonesia menghadapi risiko besar. ESDM memperingatkan harga minyak mentah bisa naik ke atas US $100 per barel. Risiko subsidi BBM membengkak—dari saat ini sekitar Rp 400 triliun menjadi bisa melebihi Rp 500 triliun.
3. Inflasi dan Turunnya Daya Beli Masyarakat yang diakibatkan oleh Penutupan Selat Hormuz
Kenaikan harga minyak berdampak luas:
-
Naiknya ongkos transportasi dan logistik → harga barang naik.
-
Inflasi meningkat, membebani kelas menengah dan rendah.
-
Daya beli menurun, menghambat konsumsi dan pertumbuhan ekonomi domestik.
4. Kenaikan Biaya Impor dan Tekanan Rupiah
Importir migas menghadapi biaya lebih tinggi karena ICP terpengaruh oleh Penutupan Selat Hormuz. Neraca perdagangan akan terganggu dan nilai tukar rupiah melemah, mempermahal utang luar negeri dan kebutuhan impor barang lain.
5. Potensi Keuntungan Bagi Sektor Ekspor Komoditas Indonesia
Ekonom dari Celios, Nailul Huda, menyatakan sektor komoditas—seperti CPO dan batubara—bisa diuntungkan karena harga dipatok mengikuti harga minyak global. Pemerintah perlu jeli memanfaatkan peluang ini sambil menjaga kestabilan ekonomi.
6. Gangguan Pasokan Nasional dan Antisipasi Pertamina
Kementerian ESDM dan Pertamina telah mengantisipasi jalur alternatif, seperti pengiriman melalui Oman atau India. Namun, rerouting meningkatkan biaya logistik dan butuh waktu adaptasi.
7. Dampak Geopolitik dan Stabilitas Indonesia
Penutupan Selat Hormuz ini bukan hanya masalah ekonomi:
-
Meningkatkan risiko konflik militer di Timur Tengah, memicu eskalasi konflik regional.
-
Menuntut respons diplomasi dan politik dari Indonesia sebagai anggota OKI dan G20.
-
Mendorong percepatan diversifikasi energi dan penguatan cadangan strategis di dalam negeri.
Ringkasan Dampak Utama
No | Dampak Utama | Implikasi bagi Indonesia |
---|---|---|
1 | Harga minyak global meroket | Subsidi BBM naik, inflasi memburuk |
2 | Subsidi BBM membengkak | APBN terkuras, potong sektor penting |
3 | Inflasi dan menurunnya daya beli | Kelambatan pertumbuhan ekonomi |
4 | Pressure terhadap rupiah | Kenaikan biaya impor, utang mengganas |
5 | Peluang ekspor komoditas | Ekspor menguat, harga komoditas naik |
6 | Gangguan pasokan | Logistik mahal, persediaan terganggu |
7 | Tekanan geopolitik | Perlu respon diplomatik dan strategi energi |
Kesimpulan & Rekomendasi Kebijakan
Wacana penutupan Selat Hormuz bukan sekadar retorika geopolitik — ini ancaman nyata bagi ekonomi global dan Indonesia. Untuk merespon:
-
Antisipasi fiskal – menyiapkan anggaran cadangan dan skenario subsidi.
-
Diversifikasi energi – mendorong energi alternatif dan cadangan strategis.
-
Penguatan diplomasi – peran aktif di OKI, G20, dan forum internasional.
-
Peningkatan efisiensi logistik – optimalkan rute dan infrastruktur nasional.
Dengan langkah strategis ini, Indonesia dapat melewati krisis global dan menjaga stabilitas ekonomi serta sosial tanpa terjebak dalam dampak negatif penutupan Selat Hormuz.