Mafia Myanmar hukuman mati — itulah ringkasan tajam dari keputusan yang diumumkan Shenzhen Intermediate People’s Court pada 4 November 2025, ketika pengadilan China menjatuhkan hukuman mati kepada lima pimpinan kelompok kriminal keluarga Bai, termasuk Bai Suocheng dan putranya Bai Yingcang. Putusan itu merupakan bagian dari gelombang penindakan oleh Beijing terhadap jaringan pusat penipuan (scam centres) yang beroperasi di perbatasan China–Myanmar.
Apa yang Dihukum dan Siapa yang Terlibat?

Pengadilan mengkonfirmasi bahwa total 21 anggota keluarga Bai dan rekan mereka dinyatakan bersalah atas berbagai kejahatan, termasuk penipuan berskala industri, pembunuhan, penganiayaan, dan perdagangan manusia. Lima terdakwa utama — Bai Suocheng, Bai Yingcang, Yang Liqiang, Hu Xiaojiang, dan Chen Guangyi — dihukum mati; beberapa lainnya mendapat hukuman penjara berat atau hukuman mati ditangguhkan. Menurut keterangan pengadilan, operasi sindikat ini menyebabkan kematian sedikitnya enam warga China dan kerugian finansial yang diperkirakan mencapai lebih dari 29 miliar yuan (sekitar US$4,06 miliar).

Latar Belakang: Dari Kasino ke Pabrik Penipuan
Keluarga-keluarga seperti Bai dan Ming bukanlah fenomena baru: sejak 2000-an beberapa klan pemberontak dan de-facto warlord di kawasan Kokang/Laukkaing membangun basis kekuasaan yang mencakup kasino, perdagangan narkoba, dan, belakangan, pusat penipuan online yang mempekerjakan dan memenjarakan ribuan korban. Mereka memanfaatkan wilayah yang secara pemerintahan kurang stabil dan infrastruktur modern seperti internet satelit untuk mengoperasikan scam berskala besar yang menargetkan korban di berbagai negara. Beijing telah lama menekan otoritas Myanmar untuk menindak hal ini, dan belakangan semakin melakukan tindakan hukum terhadap pelaku yang diekstradisi atau ditangkap.
Mafia Myanmar hukuman mati: Modus Operandi dan Dampaknya

Operasi sindikat umumnya melibatkan penangkapan atau perekrutan paksa (trafficking), penahanan korban dalam kompleks-kompleks tertutup, kekerasan fisik dan psikologis, serta paksaan untuk melakukan penipuan telekomunikasi atau investasi palsu (termasuk modus “pig-butchering”). Selain pendapatan ilegal yang sangat besar, praktik ini telah mengakibatkan luka, bunuh diri, dan pembunuhan terhadap mereka yang mencoba kabur atau menolak perintah. Dalam beberapa kasus yang dipublikasikan sebelumnya, korban menceritakan penyiksaan brutal, termasuk pemukulan dan mutilasi.
Mengapa Beijing Mengambil Sikap Tegas Sekarang?
Tekanan publik di China terhadap jaringan scam ini meningkat karena banyak korban adalah warga China sendiri atau keluarga mereka. Selain itu, hubungan geopolitik dan tekanan diplomatik terhadap junta Myanmar membuat kerja sama penindakan semakin intensif. Sejak 2023 pihak berwenang China mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk tokoh-tokoh kunci dan pada 2024 beberapa pemimpin diserahkan dari Myanmar ke China untuk diadili. Putusan-putusan mati baru-baru ini — termasuk vonis terhadap anggota keluarga Ming beberapa pekan lalu — merupakan sinyal keras ke jaringan kriminal bahwa Beijing akan mengejar pelaku lintas-batas.
Mafia Myanmar hukuman mati: Respons Internasional dan Risiko Relokasi Kejahatan
Langkah keras China mendapat perhatian internasional dan diikuti koordinasi dengan negara-negara tetangga seperti Thailand yang sebelumnya memutus pasokan listrik untuk beberapa hub scam, serta operasi internasional untuk membekukan aset dan menangkap tokoh terkait. Namun para ahli memperingatkan bahwa tekanan demikian kerap mendorong adaptasi sindikat — mereka memindahkan operasi ke daerah lain, memanfaatkan teknologi komunikasi yang lebih sulit dilacak, atau membentuk jaringan yang lebih tersembunyi. Oleh karena itu respons keamanan harus diimbangi upaya pencegahan, perlindungan korban, dan kerja sama multinasional yang berkelanjutan.
Dampak pada Korban dan Tuntutan Keadilan
Vonis hukuman mati ini dianggap penting oleh keluarga korban dan oleh sebagian masyarakat China yang menuntut keadilan. Namun aktivis hak asasi menyoroti perlunya perhatian terhadap proses penegakan hukum agar transparan dan memastikan hak-hak terdakwa — serta rehabilitasi dan dukungan bagi korban yang selamat. Lebih jauh lagi, upaya pencegahan harus mencakup edukasi publik tentang perekrutan kerja ilegal, jalur pelaporan, serta penguatan mekanisme perlindungan lintas-batas.
Putusan pengadilan pada 4 November 2025 menunjukkan eskalasi kampanye China melawan pusat penipuan lintas-batas: lima pemimpin keluarga Bai dijatuhi hukuman mati — sebuah peringatan keras bagi sindikat serupa. Namun selain hukuman, para pengamat menekankan perlunya strategi komprehensif yang melindungi korban, memutus rantai pendanaan kriminal, dan memperkuat kerja sama internasional agar kejahatan ini tidak hanya berpindah tempat.

