7 Fakta Exclusive tentang Razia Narkoba Rio de Janeiro yang Menewaskan Puluhan

7 Fakta Exclusive tentang Razia Narkoba Rio de Janeiro yang Menewaskan Puluhan

Razia Narkoba Rio de Janeiro Memicu Kematian Massal: Rekor dan Kontroversi

Razia narkoba Rio de Janeiro terhadap geng terkuat di favela-favela kota itu menewaskan setidaknya 64 orang dalam satu hari, termasuk empat polisi, menurut laporan resmi. Favela adalah daerah tempat tinggal padat penduduk yang dibangun tanpa izin resmi pemerintah dan tanpa perencanaan kota. Rumah-rumah di favela biasanya didirikan secara mandiri oleh warga dengan bahan bangunan sederhana, seperti batu bata tanpa plester, kayu, dan atap seng.

Istilah favela muncul pada akhir abad ke-19. Setelah perang Canudos (1897), banyak tentara Brasil kembali ke Rio de Janeiro tanpa tempat tinggal. Mereka membangun tempat tinggal sementara di bukit-bukit dekat pusat kota — dan kawasan itu kemudian disebut favela. Seiring waktu, migran miskin dari pedesaan juga ikut membangun rumah di sana, hingga menjadi komunitas besar.

Ciri-ciri Favela

  • Rumah-rumah berdiri rapat di lereng bukit.
  • Akses jalan sempit dan berliku.
  • Fasilitas umum seperti air bersih, sanitasi, dan listrik sering tidak memadai.
  • Pemerintah sering kesulitan mengontrol wilayah ini.
  • Namun, terdapat rasa solidaritas dan komunitas yang kuat di antara penduduknya.

Operasi ini digambarkan sebagai yang paling besar dan mematikan dalam sejarah kota, dan memicu kecaman dari kelompok hak asasi manusia serta tuntutan penyelidikan independen.

razia narkoba
Petugas polisi mengawal seorang tersangka yang ditangkap selama Operasi Contenção (Operation Containment) keluar dari favela Vila Cruzeiro, di kompleks Penha, Rio de Janeiro, Brasil, pada 28 Oktober 2025.

1. Skala Operasi Sangat Besar

Sekitar 2.500 personel polisi dan tentara dikerahkan dalam razia narkoba Rio de Janeiro yang berlangsung di favela Complexo do AlemĂŁo dan Penha. Penggerebekan melibatkan helikopter, kendaraan lapis baja, dan tembakan berat, memperlihatkan betapa seriusnya pemerintah dalam menumpas geng narkoba yang berkuasa.

2. Target Utama: Comando Vermelho

Operasi ini menargetkan Comando Vermelho, salah satu sindikat narkoba terbesar di Rio, yang telah mengontrol sejumlah favela padat penduduk. Penegakan hukum menyebut ini sebagai langkah tegas melawan apa yang mereka labeli “narkoterorisme.”

3. Korban Jiwa Besar

Pemerintah Rio mengonfirmasi 60 tersangka kriminal tewas selama operasi. Selain itu, empat petugas polisi juga tewas dalam pertempuran. Namun, pembela publik negara bagian Rio bahkan mengklaim angkanya lebih tinggi — 132 orang tewas, menurut pernyataan mereka.

4. Penangkapan & Penyitaan Besar

Sebanyak 81 tersangka ditangkap dalam razia narkoba ini. Polisi juga menyita 93 senapan otomatis dan lebih dari setengah ton narkoba.

5. Taktik Kriminal yang Ekstrim

Geng disebut menggunakan drone bersenjata, yang dilaporkan menurunkan bom ke pasukan polisi dari udara. Gubernur Rio, Cláudio Castro, menggambarkan ini sebagai bukti “skala tantangan” — bukan hanya kriminalitas biasa, melainkan “narkoterorisme.”

6. Reaksi Internasional dan HAM

Badan HAM PBB menyatakan kekhawatiran mendalam atas tingginya angka tewas. Human Rights Watch juga mengecam operasi razia narkoba tersebut sebagai “tragedi besar” dan menuntut penyelidikan menyeluruh atas setiap kematian.

7. Dampak Sosial & Politik dari Razia Narkoba Rio de Janeiro

  • Sekolah ditutup: 46 sekolah di dua favela tersebut dihentikan operasionalnya, sementara kelas malam di universitas setempat dibatalkan karena lokasi dekat operasi.
  • Gang balas: Anggota kriminal dilaporkan memblokir jalan dengan bus curian sebagai bentuk perlawanan.
  • Pemerintah lokal vs federal: Gubernur Castro mendesak dukungan lebih dari pemerintah pusat, menuding bahwa operasi semacam ini membutuhkan kerja sama nasional.
  • Kritik strategi: Beberapa ahli keamanan menilai bahwa operasi berdarah besar seperti ini tidak efisien karena menargetkan anggota tingkat bawah daripada tokoh utama dalam geng.

Razia narkoba Rio de Janeiro ini mencetak rekor kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di kota tersebut, menyoroti konflik tajam antara negara dan sindikat kriminal. Sementara otoritas menegaskan operasi ini sebagai langkah tegas menumpas “narkoterorisme,” kelompok HAM dan pembela warga menuntut transparansi penuh dan pertanggungjawaban atas banyaknya korban. Ketegangan ini tidak hanya mencerminkan akar masalah kriminal, tetapi juga persoalan struktural dalam kebijakan keamanan publik dan perlindungan hak asasi manusia di wilayah paling rentan kota.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *