Pencurian buku langka Rusia menggegerkan perpustakaan Eropa
Pencurian buku langka Rusia kembali menjadi sorotan setelah penemuan-penemuan terbaru menetapkan bahwa operasi pencurian ini jauh lebih luas dibanding perkiraan awal. Sejak 2022 hingga 2025, jaringan profesional diduga terlibat dalam penghilangan puluhan hingga ratusan buku antik karya sastra Rusia dari perpustakaan terkemuka di Eropa.
Investigasi pencurian buku langka Rusia ini dikenal sebagai Operasi Pushkin, dipimpin oleh Europol dan Eurojust, yang kini membongkar skema kriminil skala lintas negara. Menurut laporan terbaru, sekitar 170 buku langka Rusia hilang, termasuk karya-karya Alexander Pushkin dan Nikolai Gogol. Nilai materi yang raib diperkirakan mencapai lebih dari €2,5 juta (sekitar puluhan miliar rupiah).
Berikut sejumlah fakta terbaru yang berhasil dihimpun seputar pencurian buku langka Rusia:
1. Modus operandi mengganti buku dengan versi tiruan
Para pelaku tak selalu melakukan pencurian brutal. Mereka sering datang ke perpustakaan sebagai “peneliti”, memesan buku langka yang diinginkan, kemudian setelah kunjungan pertama membuat salinan berkualitas tinggi. Pada kunjungan berikutnya, buku asli diganti dengan salinannya — lengkap dengan stempel perpustakaan dan nomor inventaris — sebelum buku asli dibawa pergi.
Dalam kasus di Belanda, perpustakaan nasional di Den Haag melaporkan pencurian enam buku Rusia langka dari koleksi mereka pada 2023, yang baru diumumkan publik pada 2025. Para ahli memandang modus ini konsisten dengan jaringan Georgia yang menjadi tersangka utama pencurian buku langka Rusia.
2. Jaringan kriminal berkebangsaan Georgia ditangkap
Investigasi lintas negara mengarah pada sembilan tersangka warga Georgia yang kini telah ditahan. Beberapa di antaranya ditangkap melalui operasi gabungan di Georgia, Prancis, Estonia, dan Lithuania.
Salah satu tersangka utama pencurian buku langka Rusia adalah Mikheil Zamtaradze, yang ditahan di bandara Brussels tahun 2023. Zamtaradze diduga berperan sebagai otak operasi pencurian buku langka Rusia, mengatur penjualan buku antik ke kolektor melalui rumah lelang di Rusia.
3. Buku hilang di banyak negara Eropa
Kasus ini tak terbatas pada satu negara. Berikut daftar negara yang menjadi kantor sasaran jaringan pencurian:
– Latvia
– Estonia
– Lithuania
– Finlandia
– Prancis
– Jerman
– Ceko
– Swiss
– Polandia
– Belanda
Dalam beberapa kasus, buku-buku langka Rusia — seperti edisi pertama PuÂsÂhÂkin — dilelang melalui rumah lelang di Moskow dan Sankt Petersburg, sehingga sangat sulit dipulihkan.
4. Nilai materi & kerugian budaya
Selain kerugian finansial, kasus ini dianggap sebagai “kerusakan budaya” yang tidak terukur. Profesor Hieronim Grala dari Universitas Warsawa menggambarkan pencurian ini sebagai “pengrusakan mahkota” dari warisan koleksi perpustakaan.
Estimasi jumlah buku yang hilang mencapai 170 eksemplar, sementara nilai pasar langsung disebut sebesar €2,5 juta.
5. Kasus terbaru: Belanda dan Den Haag ikut disasar
Pada Mei 2025, perpustakaan nasional di Den Haag mengumumkan bahwa enam buku Rusia langka telah hilang sejak 2023 — dan pencurian ini sesuai pola Operasi Pushkin.
Beberapa dari buku itu adalah edisi awal PuÂsÂhÂkin, seperti Boris Godunov dan Ruslan and Ludmila. Kepolisian Belanda dan lembaga warisan budaya kini membuka kampanye publik agar masyarakat membantu menemukan buku-buku tersebut.
6. Peran rumah lelang & aliran pasar gelap
Rumah lelang Rusia menjadi titik distribusi karya-karya yang dicuri dan dilelang ke kolektor asing. Dalam beberapa kasus, buku-buku yang memiliki stempel perpustakaan universitas muncul secara eksplisit dalam katalog lelang internasional.
Direktur rumah lelang LitFund, Sergei Burmistrov, menyatakan bahwa mereka memeriksa asal-usul buku dan penanda sebelum menerima karya untuk dilelang. Namun banyak buku telah menghilang ke koleksi pribadi, sulit dilacak kembali ke perpustakaan asal.
7. Tantangan pemulihan dan perlindungan koleksi
Meski sebagian buku telah disita dari tersangka, sebagian besar masih belum ditemukan. Kasus ini membuka mata banyak perpustakaan terhadap lemahnya sistem keamanan, terutama terhadap modus subtitusi buku.
Beberapa aspek yang menjadi sorotan:
- Stempel perpustakaan bisa disusutkan atau dihapus secara kimia, sehingga identitas buku menjadi kabur.
- Perpustakaan sering menjual karya duplikat atau memindahkan buku lama, sehingga catatan historis bisa hilang.
- Kurangnya pengawasan, sistem pengamanan pasif, dan perubahan kebijakan akses publik meningkatkan risiko.
Upaya lanjutan dan harapan ke depan
Operasi Pushkin masih jauh dari selesai. Pihak berwenang Eropa dan Georgia terus bekerja sama dalam penyidikan dan pelacakan buku hilang. Beberapa tersangka masih menghadapi persidangan di berbagai negeri, termasuk Prancis dan Lithuania.
Perpustakaan semakin menyadari pentingnya menerapkan protokol keamanan baru: seperti identifikasi bahan buku, sistem pelacakan digital, dan kerja sama antar lembaga budaya antarnegara.
Salah satu upaya konkret adalah pelaporan buku hilang ke Missing Books Register (Stolen Books Database), sebuah lembaga internasional yang memfasilitasi pertukaran informasi tentang buku langka yang hilang dari koleksi lembaga budaya.
Publik juga diimbau berperan aktif — terutama kolektor, pedagang buku antik, dan masyarakat literasi. Jika menemukan buku langka dengan stempel perpustakaan mana pun, segera melaporkannya ke otoritas atau lembaga bibliografi resmi.
Kasus pencurian buku langka Rusia yang dikenal sebagai Operasi Pushkin kini mencuat sebagai kejahatan lintas negara yang menyerang warisan budaya dunia. Jaringan kriminal profesional mengganti buku asli dengan tiruan halus untuk menutupi jejak, lalu menjual buku langka ke pasar gelap internasional. Meskipun beberapa tersangka telah ditahan, upaya mengembalikan buku-buku ratusan buku itu masih menyisakan tantangan besar. Dunia perpustakaan dan budaya kini dituntut memperketat keamanan dan memperkuat kerja sama global agar warisan literasi ini tidak hilang kembali di masa depan.