5 Fakta Terbaru Penembakan Gereja Michigan: Motif Kebencian Terhadap Umat Mormon
Grand Blanc Township, Michigan — FBI telah menyatakan bahwa penembakan gereja Michigan yang menewaskan empat orang dan melukai delapan lainnya pada 28 September 2025, didorong oleh “kepercayaan anti-agama” khususnya terhadap Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (LDS) atau yang lebih dikenal sebagai Gereja Mormon.

Berikut adalah lima fakta kunci hasil penyelidikan terbaru dan penyataan resmi FBI mengenai tragedi ini:
1. Penembakan dan Pembakaran yang Terencana

Pelaku, Thomas Jacob Sanford, 40 tahun, mantan Marinir, menabrakkan mobil pickup ke gedung gereja LDS di Grand Blanc Township, sekitar 60 mil barat laut Detroit, sebelum melepaskan tembakan dan membakar gereja dengan bensin sebagai akselerator.

Berdasarkan laporan polisi dan rekaman kamera tubuh (body camera), insiden ini berlangsung sekitar delapan menit sejak petugas pertama tiba di tempat.

2. Motif : Kebencian Agama Terhadap Umat Mormon
Dalam pernyataan video, Jennifer Runyan, agen khusus yang bertanggung jawab pada kantor FBI Detroit, menyebut insiden itu sebagai “penyerangan terarah yang diyakini dipicu oleh kepercayaan anti-agama terhadap komunitas Mormon.”
Sebelumnya, teman-teman Sanford mengungkap bahwa ia sudah lama menyimpan kebencian terhadap Gereja LDS. Beberapa bahkan menyebut ia pernah menyebut orang Mormon sebagai “anti-Kristus.”
3. Korban dan Luka-Luka dalam Penembakan Gereja Michigan
Menurut FBI, total sembilan orang terluka dalam serangan penembakan gereja Michigan ini — lebih banyak dari laporan awal yang menyebut delapan korban cedera.
Empat orang tewas di antaranya: Craig Hayden, William “Pat” Howard, John Bond, dan Thelma Armstrong, diidentifikasi oleh keluarga mereka.
4. Respons Cepat Aparat dan Rekaman Body-cam di saat penembakan gereja Michigan
Polisi Grand Blanc Township merilis rekaman body-camera yang memperlihatkan para petugas memberi perintah keras kepada Sanford:
“Drop the gun! Drop it now!”
Salah satu petugas bahkan berteriak pada rekannya, “I’ve got your back … Shoot him!” sebelum pertukaran tembakan pun terjadi.
FBI menyatakan bahwa hasil penyelidikan memakan “puluhan jam kerja investigasi” untuk menetapkan motif kebencian agama tersebut.
5. Reaksi Komunitas dan Pesan Persatuan menyikapi kasus penembakan gereja Michigan
- Keluarga korban: Lisa Louis, anak dari Craig Hayden, menulis surat menyentuh bahwa dia telah memaafkan Sanford “dengan hati”; katanya, tatapan mata pelaku saat itu sangat kuat.
- Pemimpin Gereja LDS: Dalam konferensi umum setelah peristiwa, para pemimpin menyerukan cinta dan pengampunan. Banyak anggota gereja merespons dengan mengumpulkan ratusan ribu dolar untuk keluarga pelaku, sebagai bentuk belas kasih.
- Komunitas lokal: Brandt Malone, seorang anggota LDS yang tinggal dekat lokasi kejadian, menyebut pengakuan FBI sebagai “konfirmasi ketakutan terdalam kami” bahwa serangan itu berakar dari kebencian agama.
Apa Artinya Semua Ini?
Pengakuan FBI bahwa penembakan gereja Michigan ini didorong oleh kebencian agama membuat kejadian tersebut bukan sekadar tindak kriminal, melainkan juga aksi teror berbasis agama. Ini menyoroti peningkatan risiko bagi komunitas agama kecil seperti Mormon dalam menghadapi intoleransi ekstrem.
Selain itu, cepatnya respon aparat — tiba dalam hitungan detik dan menembak dalam beberapa menit — menunjukkan kesiapan dan keberanian mereka menghadapi situasi kritis. Namun sejumlah pertanyaan tetap muncul:
- Seberapa dalam rencana serangan ini telah dipersiapkan?
- Apa latar belakang psikologis Sanford? Apakah trauma masa lalu (misalnya masa dinas militer) berkontribusi?
- Bagaimana pemerintah dan lembaga keagamaan bisa meningkatkan keamanan rumah ibadah tanpa mengorbankan keterbukaan dan kebebasan beragama?
Penembakan gereja Michigan menjadi pengingat tragis bahwa kebencian agama masih nyata dan bisa berujung pada kekerasan mematikan. Pengakuan FBI tentang motif kebencian terhadap umat Mormon membuka jalan untuk refleksi lebih dalam — soal toleransi, keamanan komunitas beragama, dan bagaimana masyarakat merespons teror yang berakar dari kebencian.
Organisasi keagamaan, aparat keamanan, dan warga masyarakat kini dihadapkan pada tantangan berat: menjaga iman dan persatuan di tengah luka yang mendalam, sekaligus mencegah tragedi serupa terulang.
Selain itu, kasus penembakan gereja Michigan juga menyoroti meningkatnya ancaman terhadap kebebasan beragama di Amerika Serikat. Menurut data Pew Research Center, serangan terhadap rumah ibadah di negara itu meningkat lebih dari 35% dalam lima tahun terakhir, termasuk terhadap sinagoga, masjid, dan gereja minoritas seperti LDS. Para pakar keamanan menyerukan perlunya pelatihan tanggap darurat di setiap tempat ibadah serta peningkatan dukungan kesehatan mental bagi veteran militer yang mengalami trauma. Sementara itu, warga Grand Blanc Township berencana mengadakan acara doa lintas agama minggu depan untuk mengenang para korban dan memperkuat solidaritas antarumat beragama di tengah duka mendalam.