Predator Seksual Paling Produktif, itulah label yang kini melekat pada Zhenhao Zou, seorang mantan mahasiswa doktoral di University College London, yang dijatuhi hukuman seumur hidup dengan minimal 24 tahun penjara pada 19 Juni 2025.

1. Kronologi dan Skala Kejahatan
Zou menganiaya dan memperkosa 10 perempuan antara 2019-2023 di Inggris dan China. Ia menggunakan media sosial dan aplikasi kencan untuk mendekati korban, memberi obat (seperti butanediol/GHB), sebelum melakukan serangan saat mereka tidak sadarkan diri.
2. Barang Bukti Mengejutkan
Dalam rekaman penggerebekan, ditemukan lebih dari 58 video serangan, ranah bukti digital total mencapai ribuan jam: 1.660 jam rekaman video dan 1.270 video secara keseluruhan.
3. Hukuman dan Pernyataan Hakim
Hakim Rosina Cottage menyebut Zou sebagai āmanipulatif, cerdas, dan berbahaya,ā lalu menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup dengan masa minimal 24 tahun, menyatakan bahwa ia layak dipenjara jangka panjang.
4. Jumlah Korban Predator Seksual Zou yang Mencuat
Polisi Metropolitan London meyakini korban sebenarnya jauh lebih banyak. Lebih dari 50 korban tak teridentifikasi kemungkinan menjadi target dari predator seksual Zou, dan sejak persidangan bertambah 24 perempuan yang melapor.
5. Penyelidikan Lanjutan
Penyidik menyatakan masih dalam tahap penyelidikan intensif, termasuk kemungkinan ada pengadilan kedua. Mereka terus meminta korban atau saksi lain untuk maju, terutama jika mengalami serangan serupa dari predator seksual Zou.
6. Dampak Psikologis
Korban melaporkan trauma mendalam. Salah satu korban menyatakan, āSaya diikuti mimpi buruk dan merasa tidak bisa sendiri ketika malamā.
7. Reaksi Publik dan Media
Kasus ini dihadirkan sebagai āsalah satu predator seksual terproduktif yang pernah diadili di Inggrisā oleh polisi. Berbagai media nasional dan internasional meliputnya dengan intens, dan komunitas internasional ikut menyuarakan kekhawatiran serta solidaritas kepada korban.
Respons Internasional terhadap Predator Seksual Paling Produktif
Kasus Predator Seksual Paling Produktif Zhenhao Zou tidak hanya mengguncang Inggris dan China, tetapi juga menarik perhatian komunitas internasional. Organisasi hak asasi manusia menyoroti bagaimana kasus ini memperlihatkan kelemahan dalam sistem perlindungan perempuan, baik di Eropa maupun Asia.
Sejumlah media global seperti CNN, Reuters, hingga The Guardian menyoroti bahwa Zou mampu beraksi selama bertahun-tahun dengan modus yang sama, karena banyak korban merasa takut untuk melapor. Faktor budaya, stigma sosial, hingga kekhawatiran terhadap reputasi keluarga menjadi hambatan besar bagi para korban di China untuk mencari keadilan.
Bahkan, beberapa aktivis menilai kasus ini sebagai momentum penting untuk mendorong kerja sama lintas negara dalam menangani predator seksual internasional. Hal ini karena Zou melakukan aksinya di dua benua berbeda, sehingga koordinasi hukum menjadi tantangan besar.
Penyelidikan Lanjutan dan Potensi Kasus Baru
Meski Zou sudah divonis penjara seumur hidup, Kepolisian Metropolitan London menyatakan penyelidikan tidak berhenti di situ. Mereka masih menerima laporan tambahan dari perempuan yang mengaku pernah menjadi korban. Hingga September 2025, sudah ada 24 laporan baru yang masuk sejak vonis dijatuhkan.
Polisi menduga jumlah korban bisa jauh lebih besar, mengingat rekaman digital yang ditemukan mencapai ribuan jam. Artinya, ada kemungkinan masih banyak korban yang belum teridentifikasi. Pihak kepolisian bahkan membuka saluran khusus pelaporan bagi siapa pun yang merasa pernah berinteraksi dengan Zou dan mengalami kejadian mencurigakan.
Menurut Inspektur Tariq Farooqi, skala kejahatan ini āsangat jarang terjadiā dan penyelidikan bisa berlanjut bertahun-tahun untuk memastikan seluruh korban mendapat keadilan.
Dampak Sosial dan Perlindungan Korban
Kasus Predator Seksual Paling Produktif juga memicu diskusi luas tentang perlindungan korban pemerkosaan. Banyak kelompok advokasi menyerukan reformasi hukum agar korban merasa aman saat melapor, tanpa takut terhadap stigma masyarakat.
Di Inggris, lembaga pendamping korban mulai menyediakan layanan tambahan seperti konseling trauma, hotline darurat 24 jam, hingga bantuan hukum gratis. Sementara di China, beberapa organisasi perempuan mencoba meningkatkan kesadaran publik melalui kampanye digital, meskipun menghadapi keterbatasan sensor pemerintah.
Korban yang berhasil bersuara, seperti āRachelā dan āPerempuan D,ā menjadi simbol penting betapa seriusnya dampak kejahatan Zou. Mereka menunjukkan bahwa keberanian melapor bisa membantu mengungkap pola serangan berantai dan mencegah korban baru.
Kasus ini menjadi peringatan keras bahwa Predator Seksual Paling Produktif dapat beraksi tanpa hambatan bila sistem hukum dan masyarakat tidak memberikan ruang aman bagi korban untuk bersuara.
Pihak kepolisian menegaskan bahwa penyelidikan terhadap Zou masih terbuka, dan setiap laporan baru akan ditindaklanjuti dengan serius. Sementara itu, publik internasional diingatkan untuk lebih waspada terhadap modus serangan berbasis obat bius, yang semakin sering digunakan oleh predator seksual modern.
Zou mungkin sudah dipenjara, tetapi jejak kejahatannya yang melintasi batas negara meninggalkan dampak panjang. Kasus ini sekaligus menjadi momentum global untuk memperkuat perlindungan hukum, dukungan psikologis, dan edukasi publik agar predator seksual lain tidak lagi bisa bertindak dengan mudah.