Hipertensi

Waspada Hipertensi Resisten: Penyebab dan Solusi Tekanan Darah Tak Terkendali

Jakarta, Mei 2025 – Kasus hipertensi resisten di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan dalam tiga tahun terakhir. Data terbaru Kementerian Kesehatan menyebutkan 1 dari 5 penderita hipertensi mengalami kondisi ini, di mana tekanan darah tetap tinggi meski telah mengonsumsi minimal tiga jenis obat.

Mengenal Lebih Dalam Hipertensi Resisten

Hipertensi resisten bukan sekadar tekanan darah tinggi biasa. Dr. Siti Nurhaliza, Sp.JP, ahli jantung dari RS Harapan Kita menjelaskan:

“Kondisi ini didefinisikan sebagai tekanan darah >140/90 mmHg yang tidak turun meski pasien telah rutin minum obat kombinasi dosis maksimal, termasuk diuretik, selama minimal 4 minggu.”

Baca Juga : Hipertensi Resisten: Penyebab Tekanan Darah Sulit Turun Meski Minum Obat

Perbedaan dengan Hipertensi Biasa

Parameter Hipertensi Biasa Hipertensi Resisten
Respons terhadap obat Baik Minimal/tidak ada
Jumlah obat diperlukan 1-2 jenis ≥3 jenis
Risiko komplikasi Sedang Sangat tinggi

Faktor Risiko yang Perlu Diwaspadai

1. Faktor Medis

  • Gangguan hormon aldosteron (terjadi pada 20% kasus)

  • Penyempitan arteri ginjal

  • Sleep apnea obstruktif (meningkatkan risiko 3x lipat)

2. Kesalahan Pengobatan

  • Interaksi obat (NSAID, steroid, pil KB)

  • Dosis tidak tepat

  • Ketidakpatuhan minum obat (terjadi pada 30% pasien)

Gejala yang Sering Diabaikan

Pasien yang memiliki penyakit ini sering mengalami:

  • Sakit kepala berulang di pagi hari

  • Mimisan tanpa sebab jelas

  • Gangguan penglihatan mendadak

  • Nyeri dada saat beraktivitas

Dr. Andi Wijaya, Sp.PD, menekankan: “Gejala ini sering dianggap biasa, padahal bisa jadi tanda kerusakan organ target.”

Terapi Mutakhir untuk Kasus Resisten

1. Terapi Medis

  • Penambahan spironolakton: Efektif pada 65% pasien

  • Kombinasi quadruple therapy: 4 jenis obat khusus

  • Terapi target khusus: Sesuai hasil pemeriksaan penyebab

2. Intervensi Non-Farmakologis

  • Diet rendah garam ketat (<3g/hari)

  • Latihan HIIT 3x seminggu

  • Terapi relaksasi untuk mengurangi stres

3. Teknologi Kedokteran Terkini

  • Renal denervation: Terapi frekuensi radio untuk saraf ginjal

  • Baroreceptor activation therapy: Stimulasi saraf penekan darah

Studi Kasus: Kesuksesan Terapi Kombinasi

Pasien Bapak S (52 tahun) berhasil menurunkan tekanan darah dari 180/110 mmHg menjadi 130/85 mmHg setelah:

  1. Penyesuaian obat oleh tim dokter

  2. Program diet khusus selama 3 bulan

  3. Terapi sleep apnea yang tidak terdiagnosis sebelumnya

Pencegahan dan Deteksi Dini

  1. Pemeriksaan rutin tekanan darah mandiri

  2. Screening sleep apnea jika sering mengantuk siang hari

  3. Evaluasi obat secara berkala dengan dokter


Kesimpulan

Hipertensi resisten memerlukan penanganan khusus berbasis penyebab. Dengan deteksi dini dan terapi tepat, risiko komplikasi berat dapat dikurangi secara signifikan.

#KesehatanJantung #TekananDarah #PenyakitKronis #balap4dsehat

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *